12 Tahun Menjadi Pegawai Honorer, Hadi Ismanto Kini Menjadi Lurah

Jalan panjang harus dilalui Hadi Ismanto, sebelum menjabat Lurah Tanahtinggi. Kariernya diawali dari tenaga honorer tukang sapu.

Penulis: Andika Panduwinata | Editor: AC Pinkan Ulaan
Warta Kota/Andika Panduwinata
Hadi Ismanto, Lurah Tanahtinggi, Kecamatan Tangerang, Kota Tangerang. 

WARTA KOTA WIKI - Hadi Ismanto adalah Lurah Tanahtinggi, Kecamatan Tangerang, Kota Tangerang, sejak tahun 2017.

Pria kelahiran 12 Desember 1970 ini mengawali kariernya di institusi pemerintahan sebagai tenaga honorer. Tepatnya sebagai tukang sapu di Dinas Pertamanan Kabupaten Tangerang.

Hadi Ismanto, sebagaimana diakuinya, berasal dari keluarga miskin. Ayahnya seorang petani bawang, sedangkan ibunya mengurus anak-anak di rumah.

Hadi, yang memiliki panggilan akrab Boy, merupakan anak pertama dari lima bersaudara.
Katanya, dia lahir saat Tim Nasional sepak bola Indonesia sedang berlaga.

"Saya lahir sore hari berbarengan sama Timnas yang bermain saat itu," ujar Hadi dalam perbincangan hangat dengan Warta Kota, di Kantor Kelurahan Tanahtinggi, Kota Tangerang, Selasa (9/6/2020).

Ayah Boy pencinta sepak bola. Saat ibunya hendak dibawa ke puskesmas untuk bersalin, ayah Boy tengah asyik menonton pertandingan Indonesia melawan Thailand.

"Ayah saya yang lagi nonton bola langsung nyusul ke Puskesmas, menemani ibu saya yang sedang lahiran. Lahirlah saya, diberi nama Hadi Ismanto," ucapnya.

Pemberian nama itu bukan tanpa alasan, sebab ayahnya begitu terinspirasi dengan olahraga sepakbola.

"Hadi Ismanto itu nama pemain bola Timnas Indonesia. Posisinya sebagai stopper. Ayah saya mengidolakannya, makanya saya diberi nama itu olehnya," kata Hadi.

Gembala kerbau

Lahir di keluarga tak berada membuat kegetiran kerap hadir di kehidupan Hadi. Salah satunya, orangtuanya kesulitan untuk menyekolahkannya.

Namun Boy kecil terus bersemangat untuk bersekolah. Maka pekerjaan menggembalakan kerbau dilakoninya agar bia terus sekolah.

"Buat bayar sekolah saya mengembala kerbau punya orang lain," kata Hadi mengungkapkan.

Ketika itu dia masih duduk di bangku SDN 4 Tanahtinggi.

Haji Marhadi, sang pemilik kerbau, selalu memberikan uang saku kepadanya. Bahkan Boy kerap dibelikan buku serta alat tulis oleh Pak Haji.

"Saya juga dikasih baju seragam sekolah dari hasil mengembala kerbau ini," sambung Hadi.

Pagi hari Hadi sekolah, siang hari, sepulangnya dari sekolah, dia bergegas ke sawah untuk menggembala kerbau.

"Ada 4 ekor kerbau. Dapat uang saya tabungin di celengan," kata Hadi.

Kejuaraan berhadiah kambing

Selesai dari tugas mengembala kerbau, sore harinya Hadi bermain sepak bola dengan teman-teman sebayanya.

Hobi sang ayah yang gemar dengan sepak bola menurun kepadanya, sehingga Hadi mahir mengolah si kulit bundar.

Boy berlari sambil menggiring bola, melewati lawan demi lawan kemudian mencetak gol.

"Dari kecil saya memang suka sepak bola. Mulai dari kelas 3 SD serius main bola sampai beli sepatunya," tutur Hadi.

Dia membeli sepatu dari uang tabungannya hasil mengembala kerbau, karena orangtuanya tak sanggup membelikan.

"Saya pecahkan celengan ayam yang terbuat dari tanah liat itu. Uangnya saya beliin sepatu bola untuk ikut lomba," bebernya.

Sepatu telah dibeli, lalu Boy mengikuti turnamen sepakbola antarkampung.

"Di kejuaraan itu kami menang dapat hadiah satu ekor kambing. Masuk final, Tanah Tinggi melawan Cipondoh. Di turnamen ini saya sebagai pencetak gol terbanyak," kata Hadi.

Waktu itu dia bermain di posisi sayap kanan. Gol dari tendangan jarak jauh mengantarkan timnya menjadi juara.

"Sebelum ada David Beckham yang terkenal sama tendangan bebasnya, saya lebih dulu cetak gol dari tendangan jarak jauh," kata Boy sambil tertawa lepas, mengingat momen bahagia kala itu.

Kompetisi tingkat Kabupaten

Lulus dari SD, Hadi melanjutkan sekolah ke SMPN 5 Tanahtinggi, Tangerang.

Di usia 14 tahun, Hadi mencoba ikut berlatih di sekolah sepakbola milik klub Persita Tangerang. Namun lagi-lagi dia terbentur himpitan ekonomi.

"Saya beli sepatu bola enggak punya uang, harus menabung lama untuk bisa beli sepatu. Tapi syukurnya lolos seleksi masuk Persita," kata Hadi.

Hadi selalu masuk ke tim inti, dan dari sinilah dia mengembangkan karier di sepak bola.

"Saya ikut kompetisi ke level yang lebih tinggi lagi. Kejuaraan tingkat Kabupaten Tangerang," katanya.

Boy dipercaya untuk menjadi kapten tim, dan dia berhasil membawa timnya lolos hingga babak final.

"Di final Tanahtinggi melawan Serpong. Kami kalah, hanya dapat juara dua," kata Hadi mengungkapkan.

Mimpi kandas

Setelah kejuaraan tingkat SMP itu, Hadi lulus dari SMP dan melanjutkan sekolah di SMA Pancakarya, Tangerang.

Beranjak remaja, hidup Boy digayuti sejumlah problema.

Ibunya meninggal dunia yang berdampak kepada pupusnya mimpi Hadi untuk menjadi pesepak bola level nasional.

Pasalnya, Boy harus mengurus adik-adiknya. Sementara dia juga masih sekolah dan melakukan pekerjaan serabutan.

"Saya mulai tidak fokus bermain sepak bola karena pergaulan dan faktor ekonomi," ujar Hadi.

Dirinya pun berhenti bermain di Persita Tangerang. Sepulang sekolah Boy mencari uang dengan menjadi kuli sayuran di pasar.

"Uangnya buat adik-adik saya. Adik saya ada 4," tambahnya.

Sang ayah yang usianya mulai senja sudah tidak produktif, dan kesulitan mencari uang.

"Keluar dari Persita dan mulai fokus kerja, walau pun saya sudah tidak bermain bola tapi saya dipercaya oleh teman-teman di Tanahtinggi untuk menjadi pelatih," ucap Hadi.

Pelatih sepak bola

Di usia 19 tahun Hadi menjabat sebagai pelatih sepakbola Tanahtinggi. Sosok kepemimpinannya membuat para pemain memercayainya.

"Kapten kesebelasan minta kepada saya untuk melatih," kata Hadi.

Dia melatih anak-anak usia 16 tahun untuk mengikuti turnamen Divisi 2 Liga Persikota.

"Saya membangun kerja sama dalam tim, membentuk rasa percaya diri, dan menghilangkan ego antar-pemain," tuturnya.

Hadi mengadopsi permainan tim Argentina, yang menjadi juara Piala Dunia 1978 dan 1986. Pasalnya, dia sangat mengidolakan Mario Kempes.

"Taktikal saya dalam permainan itu harus menyerang dan terus menyerang," imbuhnya.

Tangan dingin Hadi pun membuahkan hasil, yakni berhasil membawa Tanahtinggi naik kasta di Liga Persikota.

"Itu pengalaman yang tidak bisa saya lupakan. Sempat tertinggal skor 0-1 dari kesebelasan Cipondoh, dan akhirnya bisa membalikan keadaan menjadi 2 - 1," ujar Hadi.

Dari turnamen ini Hadi didapuk sebagai Pelatih Terbaik, dan TanahTinggi menjadi tim fair play dalam kejuaraan ini.

"Pretasinya ada pengusaha yang melirik dan membawa saya sampai ke Italia," kata Hadi.

Italia saat itu memang menjadi kiblat sepak bola dunia. Serie A pun menjadi liga papan atas.

Sejumlah pemain top dunia berlaga di liga tersebut, dan Hadi sempat mencicipi atmosfer sepak bola negeri pizza itu.

"Pengusaha yang hobi sepakbola meminta saya untuk melatih anak-anak itu. Anak-anak yang potensial diambil untuk bermain di Italia," katanya.

Tukang sapu

Setelah berhasil membawa anak asuhnya ke Italia, di medio 1990 Hadi menamatkan pendidikannya di jenjang SMA.

Dia memilih untuk mempunyai penghasilan tetap agar bisa menyekolahkan adik-adiknya.

"Setelah lulus SMA saya daftar di Pemda yang buka lowongan kerja," ucap Hadi.

Saat itu lowongan kerja yang tersedia ada di Dinas Pertamanan. Boy pun mencoba untuk mendaftar.

"Saya diterima kerja di situ jadi tukang sapu," katanya.

Meski berkerja dari pagi sampai sore hari, Boy kadang menyempatkan diri untuk melatih sepakbola.

"Saya kerja di Pemda, honor pertama mendapat Rp. 25.000," ujarnya.

12 tahun

Jerih payah dan kesabaran Hadi membuahkan hasil. Setelah bertahun-tahun bekerja di Pemerintah Kota Tangerang, dia diangkat menjadi pegawai negeri sipil (PNS).

"12 tahun pegawai honorer saya baru diangkat jadi PNS," kata Hadi.

Berbagai pengalaman pun dirasakannya. Mulai dari tukang sapu, pramukantor, dan fotografer.

"Saya fotografer di Humas Pemkot sekitar 20 tahun," kata Hadi mengungkapkan.

Di tahun 2014 Hadi menjadi Sekretaris Kelurahan Sukarasa, Kecamatan Tangerang, Kota Tangerang.

Kemudian dia dilantik sebagai Lurah Tanahtinggi pada tahun 2017, dan menjabatnya hingga saat ini.

Meski sudah menjadi lurah, dirinya pun masih sempat melatih sepak bola di sela-sela kesibukannya. Hadi melatih remaja di Lapangan Sukun, Pemkot Tangerang.

Bahkan dirinya malang melintang di Persikota Tangerang, mulai dari urusan lapangan hingga menjabat sebagai humas di klub berjuluk Bayi Ajaib itu.

"Sampai saat ini juga saya masih sebagai anggota kepengurusan PSSI (Persatuan Sepak bola Seluruh Indonesia) tingkat Kota Tangerang. Saya sangat mencintai sepak bola. Bagi saya sepak bola itu lambang persatuan bangsa," tandasnya. (Andika Panduwinata)

Kepala Disdikbud Kota Tangsel ini Bersyukur Bisa Terus Sekolah

Kiat Wali Kota Jakarta Utara dalam Menjaga Kesehatan dan Kebugaran

Ovi Sovianti, Mojang Bogor yang Sukses di Kancah Dangdut Tanah Air

Ikuti kami di
530 articles 182 0
Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.


Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

BERITA TERKINI

berita POPULER

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved