Mahfud MD Tak Masalah Tiap Hari Menyantap Kolak
Menkopphukam Mahfud MD bercerita soal penaganan buka puasa dan hikmah Ramadan di masa pandmei Covid-19.
WARTA KOTA -- Setiap orang memiliki kebiasaan masing-masing saat membatalkan puasa.
Misalnya, ada yang senang menyantap kolak, ada juga yang memilih es campur.
Nah, kalau Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan, Mahfud MD, termasuk yang senang menyantap kolak saat berbuka puasa.
Namun menteri kelahiran Sampang, Madura ini mengaku tak memiliki menu favorit stantapan buka puasa.
"Saya tidak ada menu favorit ya, tapi yang biasa, yang konvensional, atau tradisional. Kalau puasa, ya kolak. Setiap hari ada kolak, saya suka juga. Kalau masakan saya berubah-ubah. Makanan tidak ada yang favorit," katanya pada Rabu (21/4/2021).
Jangan sama
Meski begitu, suami dari Zaizatoen Nihajati ini selalu punya permintaan khusus kepada istrinya setiap Ramadan, yakni menu masakan jangan sama dari waktu ke waktu.
Misalnya saja, kata Mahfud, makanan sahur hari ini berbeda dengan makanan berbuka puasa hari ini, atau makanan berbuka puasa hari ini sama dengan makanan sahur esok hari.
"Oleh sebab itu saya sering minta kepada istri, kalau masak buka yang secukupnya saja untuk buka. Sahur nanti buat yang sahur. Jangan yang buka masih ada sisa nanti dimasak lagi, dipanasi saat sahur. Saya tidak begitu menikmati itu," katanya.
Namun demikian, kata dia, bukan berarti itu bentuk pemborosan karena makanan dimasak, baik untuk berbuka puasa maupun sahur, hanya secukupnya.
"Kan buatnya juga pas-pasan saja. Untuk keperluan makan buka seberapa, dan untuk sahur buat lagi seberapa," kata Mahfud.
Hikmah
Ramadan tahun ini kembali dijalani dalam situasi pandemi Covid-19. Namun Mahfud melihat ada hikmah yang bisa diambil.
"Kita bisa lebih banyak di rumah sehingga kita bisa lebih akrab dengan keluarga. Kita tidak ada pilihan lain, kalau saya ya membaca Al Quran, merenung. Itu salah satu hikmah dari Ramadan," katanya.
Lebih dari itu, menjalani ibadah Puasa Ramadan juga membuat tempaan terhadap diri menjadi lebih kuat.
Dia mencontohkan, sebelum pandemi umat Muslim yang berpuasa masih bisa menghibur diri dengan berbagai alternatif kegiatan, yang membuat lupa kepada rasa lapar dan bisa memindahkan perhatian dari penderitaan karena puasa itu.
"Tetapi sekarang kita kan tidak bisa itu. Harus menikmati betul, merasakan lapar itu di rumah, sambil juga merenungkan betapa menderitanya orang lain sekarang ini yang tidak bisa bekerja. Semua itu kemudian menimbulkan rasa solidaritas, rasa ingin berbagi. Itu hikmah yang bisa muncul," kata Mahfud.
Solidaritas
Mahfud menyadari tidak semua orang bisa menjawab tempaan tersebut dengan baik.
"Ada orang yang frustrasi kemudian berbuat yang tidak-tidak, menganiaya orang lain, begitu kan? Mencuri, membunuh temannya, istrinya, suaminnya, anaknya kan banyak. Itu berarti tidak kuat dengan tempaan ini. Itu bahayanya dari situasi pandemi," kata Mahfud.
Namun demikian, baginya ada hikmah lain jika bisa bertahan dalam situasi seperti itu.
"Artinya bertaqwa dalam sikap defensif terhadap godaan-godaan itu, dan kita berhasil,. Maka hikmah bisa kita ambil dari puasa itu," tandas Mahfud. (Gita Irawan)
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!