Bencana Alam
Banjir Bandang Gunung Mas pada Januari 2021
Banjir bandang di Sungai Cisampai, Cisarua, Kabupaten Bogor, Selasa (19/1/2021), membawa lumpur dan batang-batang pohon menerjang kampung.
Penulis: Hironimus Rama | Editor: AC Pinkan Ulaan
WARTA KOTA WIKI -- Banjir bandang terjadi di kawasan Puncak, Kabupaten Bogor pada Selasa (19/1/2021) pukul 09.00 waktu setempat.
Kemudian terjadi banjir bandang susulan pada pukul 12.05 dan 14.00 WIB.
Penyebabnya adalah curah hujan yang tinggi di kawasan Puncak, yang menyebabkan Sungai Cisampai meluap.

Air luapan anak sungai Ciliwung ini mengalir ke Kampung Rawadulang, Desa Tugu Selatan, Kecamatan Cisarua, sehingga menimbulkan kerusakan parah.
Sebagaimana dilansir laman Badan Penanggulangan Bencana (BNPB), 900 jiwa terdampak bencana ini sehingga harus mengungsi ke rumah kerabat dan Wisma PTPN VIII Gunung Mas.
Curah hujan tinggi
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bogor, Yani Hasan, menjelaskan penyebab banjir bandang itu adalah curah hujan tinggi di kawasan Gunung Mas.
“Tadi pagi hujan deras sejak pukul 04.00 , lalu banjir bandang menerjang sekira pukul 09.00,” kata Yani.
Menurut Yani, di aliran sungai itu ada air terjun, yang biasanya dipenuhi sampah sehingga menghambat aliran sungai.
Begitu hujan lebat pada Selasa pagi, lanjut Yani, aliran air terbuka lebar sehingga menyebabkan terjadinya banjir bandang.
Kesaksian warga
Nana (38), warga kampung Rawadulang, sedang berada di dalam rumahnya saat bencana itu terjadi.
Yang diingatnya adalah tiba-tiba lantai rumahnya tergenang air.
Dia melihat ke arah Sungai Cisampai yang berjarak sekira 10 meter di depan rumahnya, dan tampak debitnya naik.
“Tadi memang hujan lebat sejak subuh. Sekitar jam 09.00 terdengar suara runtuhan tanah longsor,” kata Nana.
Melihat luapan air yang disertai lumpur masuk ke rumah, Nana bersama anak dan istrinya langsung lari ke tempat yang lebih aman.
“Bersama beberapa warga lain kami langsung turun ke bawah (kompleks PTPN VIII) untuk menjauh dari sungai,” katanya.
Beberapa jam kemudian dia berpikir banjir bandang itu sudah berhenti, sehingga sekitar pukul 11.30 Nana pergi menengok rumahnya.
Baru saja dia ingin membersihkan rumahnya dari lumpur, dia mendengar gemuruh bebatuan dan lumpur dari arah hulu sungai.
Nana pun langsung lari menjauh dari aliran sungai, dan memantau rumahnya dari kejauhan.
“Ternyata banjir kedua ini lebih besar dari yang pertama. Banjir pertama masih terhalang pohon yang tumbang. Nah, banjir kedua ini menyapu semua pohon-pohon yang menghambat aliran sungai,” tutur Nana.
Banjir kedua yang terjadi sekira pukul 12.00 membawa serta lumpur, kayu, hingga batu-batuan.
“Lumpur masuk ke beberapa rumah yang persis berada di bantaran sungai, termasuk rumah saya,” lanjutnya.
Banjir kedua ini membuat panik seluruh warga Kampung Rawadulang. Mereka berhamburan dari rumah masing-masing untuk mencari tempat perlindungan.
Pengurus RT/RW lalu meminta seluruh warga untuk mengungsi ke tempat yang lebih aman, sambil menunggu bantuan tiba.
Tak lama setelah banjir susulan ini, petugas dari BPBD, Tagana, dan Pemadam Kebakaran (Damkar) tiba di lokasi untuk mengevakuasi warga.
Setelah banjir susulan pertama, ternyata masih ada lagi banjir susulan kedua pada pukul 14.00. Namun luapan airnya tak sebesar banjir kedua.
“Banjir kedua paling tinggi luapan airnya,” kata Nana.
Longsor
Menurut Nana, sebulan sebelumnya Sungai Cisampai mengalami longsor. Namun warga sudah melakukan kerja bakti untuk memperbaiki penyumbatan aliran.
“Namun karena ada longsor susulan dan ada pohon tumbang maka air meluber ke pemukiman,” kata Nana.
Dia bersyukur tidak ada korban jiwa dalam bencana alam ini. Kerusakan materi pun hanya sedikit.
“Alhamdulilah, tidak ada korban jiwa. Begitu pun korban materi. Paling nanti kita bersihkan rumah yang kemasukan lumpur,” pungkasnya.
Investigasi
Bupati Bogor, Ade Yasin, mengatakan akan melakukan investigasi penyebab banjir bandang di Puncak ini.
“Kami belum bisa menyimpulkan penyebabnya apa, tentunya harus kita investigasi terlebih dahulu. Apakah ada penggundulan (hutan) atau tidak,” kata Ade.
“Ini sedang kita teliti, sebab kejadian seperti ini di baru pertama kali terjadi di Gunung Mas,” tandasnya.
Korban banjir bandang di Puncak ini mendapat kunjungan dari Menteri Koordinator (Menko) Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Muhadjir Effendy, pada Rabu (20/1/2021).
Reboisasi
Setelah memantau lokasi bencana dan mengamati kerusakan akibat banjir bandang, Muhadjir mengatakan perlu reboisasi tanaman keras di lingkungan PTPN VIII, untuk mencegah banjir di Gunung Mas terulang lagi.
Menurut Mantan Rektor Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) ini, selain tanaman keras, PTPN VIII juga perlu memperbanyak penanaman tanaman perdu, terutama di wilayah yang kemiringannya ektrem.
“Tanaman perdu ini sangat penting karena memiliki daya cengkeram yang sangat kuat, untuk mencegah dan meminimalisir terjadinya longsor tanah yang gembur maupun banjir bandang,” kata Muhadjir.
La Nina
Muhadjir berpendapat, salah satu penyebab banjir bandang di Kabupaten Bogor adalah fenomena cuaca La Nina.
“La Nina mempengaruhi kondisi iklim yang abnormal, sehingga curah hujan menjadi sangat besar. Hal ini menyebabkan banjir di beberapa daerah di Tanah Air, termasuk Kabupaten Bogor,” kata Muhadjir.
Sebagai wilayah penyangga Ibu Kota negara, kawasan Puncak di Kabupaten Bogor dan Kabupaten Cianjur, adalah wilayah strategis nasional.
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!