Iwan Budiyanto: Orang Indonesia yang Bersepeda sampai di Ketinggian 5.416 meter

Iwan Budiyanto adalah petualang Indonesia yang berhasil mencapai Thorong La dengan menggunakan sepeda, pada April 2018.

Penulis: Max Agung Pribadi | Editor: AC Pinkan Ulaan
Dok. pribadi
Iwan Budiyanto di puncak Thorong La, titik tertinggi di Bumi yang bisa dicapai menggunakan sepeda, pada 23 April 2018. 

WARTA KOTA WIKI -- Iwan Budiyanto (48), petualang asal Indonesia, berhasil mencapai puncak Thorong La (5.416m), celah gunung di Pegunungan Annapurna, Nepal,  dengan bersepeda seorang diri.

Pria berjulukan Iwan Sunter itu mencapai puncak tertinggi, yang bisa
digapai dengan bersepeda di Annapurna Circuit, itu pada Senin (23/4/2018) siang
waktu setempat.

Bersepeda di lereng bersalju adalah pengalaman yang tak akan dilupan Iwan Budiyanto.
Bersepeda di lereng bersalju adalah pengalaman yang tak akan dilupan Iwan Budiyanto. (Dok. pribadi)

Selain persiapan fisik, Iwan menabung dan menggalang dana dari sejumlah
donatur, termasuk produsen perlengkapan outdoor yang membantu menyediakan
perlengkapan untuk pendakian gunung salju.

Menurut Iwan, perjalanan itu sangat menguji mental karena dengan berbagai
keterbatasan yang ada, dia seperti tertantang untuk tetap berangkat.

Tertinggi

Awalnya Iwan ingin bersepeda ke kawasan Everest Base Camp (5.300 m), karena Everest adalah gunung tertinggi di dunia.

Namun rencana itu dia urungkan karena tidak diizinkan bersepeda di kawasan
itu.

Maka dia mengalihkan pandangan ke kawasan barat Nepal, di mana terdapat
jajaran Gunung Annapurna (8.091m), yang masih satu rangkaian dengan
Pegunungan Himalaya.

Di kawasan itu terbentang Annapurna Circuit, jalur pendakian melingkar,
menuju sejumlah puncak di kawasan Gunung Annapurna.

Pada jalur itu terdapat celah gunung Thorong La, yang menjadi titik
tertinggi yang bisa dicapai dengan bersepeda. Secara rutin celah itu
digunakan sebagai ajang lomba bersepeda gunung kelas dunia.

La dalam bahasa Tibet artinya celah gunung atau pass.

Maka sasaran bersepeda diarahkan untuk mencapai puncak Thorong La itu,
dari timur ke barat.

Panggul sepeda

Iwan berangkat dari Jakarta ke Kathmandu pada 14 April 2018 dan
menjelajahi kawasan sebelah barat Nepal sampai ke Pokhara.
Dari sana Iwan mencari jalan untuk bisa bersepeda di Annapurna Circuit.

"Untuk bisa masuk ke kawasan itu ada dua izin dengan biaya 2.000 dan 2.300
rupee. Karena sudah diniatkan dari Jakarta, semua sudah saya perhitungkan,
dana cukup. Jadi begitu dapat izin, langsung bergerak ke arah timur dari
Pokhara," tuturnya.

Dengan sepeda gunung bersuspensi depan, dan perlengkapan yang disimpan
dalam ransel, Iwan bergerak ke Besisahar (760m), desa terakhir sebelum
mendaki ke Thorong La.

Dia memulai perjalanan bersepeda mendaki jalur berbatu dan berpasir sampai
ke Thorong Pedi.

Ransel seberat 15 kilogram diikanya di rak belakang sepeda.

Terkadang, bila jalur terlalu terjal dan sepeda harus dituntun, ransel itu
dia panggul.

"Sejak dari Thorong Pedi jalurnya terjal sekali. Jadi ransel sering
dipanggul, dan sepeda kadang dituntun dan kadang dipanggul juga. Nggak ada
masalah, Cuma lutut sering sakit gantian kanan-kiri. Setiap perjalanan
memang ini lutut suka bermasalah," tutur Iwan.

Cara seperti itu dilakoninya sampai ke Manang (3.519m).

Dari Manang dia terus mendaki sambil menuntun sepeda, hingga akhirnya
sampai juga di puncak Thorong La pada 23 April 2018 siang hari.

Iwan langsung mengibarkan Sang Merah Putih di sana.

Tak berlama-lama, duda satu anak berambut gondrong itu kemudian meluncur
turun ke Muktinath, dilanjutkan sampai ke Tatopani. Salah satu target
penjelajahan di Nepal pun terpenuhi.

Iwan mengatakan, dia kemudian menjelajahi kawasan sekitar Pokhara sampai
tanggal 9 Mei, dan pulang ke Jakarta keesokan harinya.

Rintangan

Sepanjang perjalanan empat hari itu dia menginap di losmen murah yang
disediakan penduduk desa.

Untuk mengurangi beban, tenda dan sejumlah perlengkapan yang tidak
diperlukan ditinggalkan di Pokhara.

Soalnya Iwan sudah mendapat informasi lebih detail, tentang penginapan di
sepanjang jalur yang akan dilalui.

Hari kelima, dia langsung menyerbu puncak gunung sambil bersepeda
melintasi lereng bersalju.

Menurut Iwan, tantangan yang terberat adalah tipisnya kadar oksigen di
udara, sekitar 40 persen, saat mencapai ketinggian di atas 4.000 meter di
atas permukaan laut.

Bersepeda di ketinggian itu, katanya, membutuhkan mental yang benar-benar
kuat.

"Dada terasa sesak dan dinginnya minta ampun. Bawa sepeda sambil manggul
ransel gitu badan remuk rasanya, tapi saya lakoni saja pelan-pelan," tutur
Iwan yang pada tahun 2015 berlari dari Aceh ke Jakarta sejauh 2.500
kilometer.

Namun ada hal yang mengesankannya, yakni "Pertama kalinya melihat es batu turun
dari langit dan hujan salju," tuturnya sambil tertawa.

Introspeksi

Setengah merenung Iwan mengatakan, setiap perjalanan selalu
menghadapkannya kepada momentum introspeksi diri.

Sendirian di tengah hamparan salju, gunung besar, dan keheningan membuat
dirinya dipenuhi rasa syukur dapat menerima semua pengalaman perjalanan.

“Bersyukur bisa melihat semua keindahan, dan introspeksi juga atas semua
kesalahan selama ini ke lingkungan sekitar, ke orang-orang yang pernah
saya buat salah. Semua terbuka di sana,” tutur Iwan.

Iwan memang tergolong petualang serba bisa. Rasa ingin tahu yang besar
mengatasi semua keterbatasan.

Disamping mengumpulkan uang bulanan untuk anaknya, yang kini berusia 9
tahun dan ikut ibunya di Lampung, dia tetap menabung untuk perjalanan.

Petualangan berikutnya

Iwan juga tak mau hanya menggantungkan penjelajahan pada satu moda,
semisal bersepeda atau berjalan kaki. Dia selalu ingin mencoba hal baru
dengan segala tantangannya.

Maka dia punya keinginan melanjutkan penjelajahannya, menyusuri Pulau Jawa
dengan inline skate.

Persiapan sudah mulai dilakukan, dan seharusnya tahun ini dia melakoni
perjalanan itu. Namun rencana itu terhadang pandemi Covid-19.

Untuk sementara ini Iwan harus bersabar menunggu pandemi ini mereda,
sebelum petualangannya dilanjutkan kembali.

Siapapun bisa

Soal perjalanan bersepeda jarak jauh Iwan berpesan, semua pesepeda mampu
melakukannya dengan persiapan yang matang.

Yang terpenting adalah mau belajar dari berbagai sumber, dan tidak menutup
diri.

Apalagi sekarang sumber informasi terbuka luas, dan orang punya banyak
pilihan untuk berkegiatan.

“Duit memang penting, dan mengumpulkan duit untuk membiayai perjalanan itu
bagian dari tekad mewujudkan perjalanan itu. Makanya kalau sudah punya
tekad ya apapun harus dihadepin, termasuk bagaimana caranya ngumpulin
duit,” tandasnya.

Ikuti kami di
563 articles 182 0
Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.


Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

BERITA TERKINI

berita POPULER

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved